| 0 komentar ]

Peringatan hari kemerdedekaan RI yang ke-63 memberikan kemeriahan di segenap lapisan masyarakat. Terlebih karena peringatan ini di peringatai satu tahun sekali. Seperti tahun-tahun sebelumnya diawali dari tingkat desa, kecamatan sampai kabupaten selalu mengadakan acara Karnaval. Pada hari Minggu kemarin bertepatan tanggal 17 Agustus 2008, desaku mengadakan acara tersebut dengan segala kemerihannya. Lebih-lebih anakku yang seminggu sebelum acara karnaval sudah minta baju POLISI untuk acara karnaval tersebut.

Entah apa yang ada dalam pikiran anakku, atau mungkin cita-cita pengin jadi seorang Polisi. Sebagai Orang Tua kami hanya mendukung cita-citanya, asalkan nanti menjadi Polisi yang benar-benar Polisi yang mengayomi masyarakat bukan Polisi yang malah membebani mayarakat. Doain saja smoga aja tercapai cita-citanya. Aminn....

Nih Polisi Kecilku

Nih Keponakan (nenes) Jadi Penari

Nih sama temennya (Alip) Jadi Atlit basket

Nih Ayu ditengah Adiknya Aji

| 0 komentar ]



Cukup...!

Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib.
Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya.
Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan
kata "cukup".
Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan h id ungnya.
Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu.
Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan disana.
Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih kurang! Dia menggali
sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya.
Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata
cukup.
Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata "cukup".
Kapankah kita bisa berkata cukup?
Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya.
Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih dibawah target.
Istri mengeluh suaminya kurang perhatian.
Suami berpendapat istrinya kurang pengertian.
Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati.
Semua merasa kurang dan kurang.
Kapankah kita bisa berkata cukup?
Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya.
Cukup adalah persoalan kepuasan hati.
Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri.
Tak perlu takut berkata cukup.
Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya.
"Cukup" jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri.
Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan.
Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup.
Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.
Belajarlah untuk berkata "Cukup"

| 0 komentar ]



Air Mendidih


Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.
Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya. Lalu ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, nak?" "Wortel, telur, dan kopi" jawab si anak.
Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas.
Setelah itu, si anak bertanya, "Apa arti semua ini, Ayah?" Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing- masing menunjukkan reaksi yang berbeda. Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. "Kamu termasuk yang mana?," tanya ayahnya. "Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?" Bagaimana dengan kamu?

Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu. Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku? Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.

| 0 komentar ]



Awas Stroke Karena Sering Naik Motor


Dear all,


Semoga bermanfaat buat para pengendara motor....Aman Berkendara Awas Lumpuh Wajah! Awas Lumpuh Wajah! Jangan anggap enteng terpaan angin yang terus-menerus menampar bagian wajah. Paparan secara intens ini berpotensi mengakibatkan kelumpuhan di wajah. "Bahasa medisnya Bell's Palsy.

Ini semacam stroke di wajah. Bedanya stroke dalam keadaan tak sadar. Bell's Palsy penderita masih dalam keadaan siuman," jelas dr. Enrico A. Rina ldi, kepala klinik PT Ristra Indolab.. Penyebab Bell's Palsy yakni angin yang masuk ke dalam tengkorak atau Foramen Stilo Mastoideum. Angin dingin dari arah depan ini membuat syaraf di sekitar wajah sembab lalu membesar.

Akibatnya syaraf terjepit. Ini yang menyebabkan kelumpuhan Hal ini yang dialami oleh Widiarko Guruh, staf desain grafis Majalah MOTOR. "Wajah terasa kaku. Mata sulit digerakkan. Sekarang dalam proses fisioterapi. Kejadian yang sama juga dialami oleh beberapa pengendara di lokasi pengobatan," jelasnya. Dari pengalamannya dan rekannya yang sesama penderita terungkap, mereka tidak menggunakan helm tertutup. Akibatnya, angin yang rutin menerpa bagian muka mengakibatkan syaraf nomor tujuh mengalami pembengkakan. "Syaraf itu bernama Nervous Fascialis.

Biasanya penderita mengalami gejala awal rasa nyeri di kepala, di dalam telinga dan sudut rahang. Timbulnya mendadak dan di pagi hari," jelas dokter yang juga pengendara Yamaha Mio 2006 ini. Untuk itu, dr. Enrico mewanti agar pengendara motor tidak asal menggunakan perlengkapan keselamatan. "Helm fullface yang benar satu-satunya cara agar terhindar dari Bell's Palsy. Pilihlah helm yang tidak terlalu ketat juga tidak longgar," jelasnya. Ia juga menegaskan penggunaan helm halfface ditambah google tidak cukup membantu.. Sebab, peranti itu hanya melindungi bagian mata. Muke ente masih tetap kan tampar angin.Penderita Bell's Palsy mesti mendapat perawatan yang cepat. Dikasih Preadnisone. "Kecenderungannya mata juga kering. Teteskan tiap hari. Sebagian besar penderita akan sembuh spontan. Makin cepat pengobatan makin baik," ungkapnya.


PENTINGNYA BERJAKET


Selain itu dr.. Endrico juga memberi wejangan. Bukan Cuma wilayah muka, bagian dada juga perlu mendapat proteksi. Kan masih banyak pengendara yang tidak mengindahkan bagian ini. Padahal, terdapat organ vital di sektor itu. "Gunakan jaket tertutup. Angin dingin saat berkendara bisa membuat organ terganggu dalam waktu yang lama," jelasnya. Ia juga menilai penggunaan windshield di beberapa motor cukup membantu menahan terpaan angin ke dada. "Selama tidak mengganggu keselamatan penggunaan windshield sangat baik," paparnya..

| 0 komentar ]



Kita tidak mungkin membayangkan dunia ini dipenuhi dengan dua jenis manusiayang sama persis. Frase "dua jenis" dan "sama persis" saja sudah kedengarankontradiktif. Bagaimana ia bisa dikatakan dua jenis jika atributnya samapersis? Tidak sulit untuk kita pahami bersama bahwa Allah SWT memangmenciptakan manusia dalam jenis laki-laki dan perempuan denganperbedaan-perbedaan yang terlalu nyata untuk dibantah oleh siapa pun.Masalah dari gerakan feminisme ala Barat kurang lebih sama seperti karakterperempuan pada umumnya ; mereka seringkali terlalu sensitif dan reaktifterhadap segala sesuatu yang membedakan mereka dari lelaki.


Seolah-olah setiap pembedaan itu selalu bermakna negatif. Seolah-olah perempuan selaludirendahkan dari lelaki jika mereka dianggap berbeda dari segi apa pun darikaum Adam. Padahal, jika mau mempelajari masalah ini secara seksama, tidakmesti demikian. Masalahnya adalah pada pengambilan sudut pandang yangsalah, dan ini bisa terjadi baik pada lelaki maupun perempuan.Sensitifitas perempuan, misalnya, seringkali dianggap sebagai suatu hal yangburuk. Kaum lelaki kadang menganggap perempuan sebagai makhluk yang manja,terlalu peka, *overreacting*, dan sebagainya.


Ironisnya, kaum perempuansendiri mengikuti begitu saja pandangan sebagian kaum lelaki yang sepertiini. Oleh karena itu, kaum feminis langsung menolak mentah-mentah jikaperempuan dibilang lebih sensitif atau lebih mengutamakan perasaan daripadapikirannya. Padahal "sensitif" adalah sebuah kata yang netral, tidakberkonotasi baik maupun buruk. Artinya, selain ada penyimpangan yang dapatterjadi akibat sensitifitas yang berlebihan, ada pula sisi positif dariatribut yang satu ini.Kita sering mendengar cerita tentang seorang ibu yang baru saja selesaiber­-*jihad* melahirkan anaknya.


Berjam-jam ia berjuang melawan rasa sakityang tak terbayangkan, bahkan hingga bersimbah darah. Namun setelah bayiitu lahir, dan dilihatnyalah wajah bayi itu, kemudian ditimang-timangnyadalam pelukan, hilanglah rasa sakit itu semuanya. Bukankah ini adalahproduk dari sensitifitas itu sendiri? Saking sensitif perasaannya, rasasakit yang sangat pun bisa terlupakan jika ada emosi yang lebih besar, yaitukebahagiaan menggendong anak yang lahir dari rahimnya. Meskipun darah masihterus mengalir, namun keadaan emosional bisa mengatasi kesulitan fisik padasaat itu.Kaum lelaki, yang identik dengan obyektifitas dan ketajaman akal, tidak akanmampu melakukan hal yang serupa. Kemampuannya mengurusi dua hal sekaligusakan membuatnya sangat tersiksa saat melahirkan (andaikan memang lelaki bisamelahirkan). Sakit iya, bahagia pun iya.


Akhirnya ia hanya bisa tersenyumsanggil meringis-ringis, karena rasa sakitnya tidak sirna meskipun hatinyabahagia.Coba bayangkan seandainya ibu kita Khadijah ra. bukanlah seorang perempuanyang amat lembut dan sensitif hatinya. Ketika Rasulullah saw. menggigilketakutan setelah menerima wahyu, hati Khadijah ra.-lah yang cukup sensitifuntuk merasakan kebenaran dari wahyu tersebut. Khadijah ra.-lah yanghatinya begitu kuat melakukan pembelaan secara emosional terhadap suaminya.Ketika Rasulullah saw. merasa ragu dan ngeri, dengarkanlah pembelaanemosional sang istri terhadapnya :*"Tidak! Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, karenaengkau suka menyambung tali persaudaraan, ikut menanggung beban orang lain,memberi makan orang yang miskin, menjamu tamu dan menolong orang yangmenegakkan kebenaran!"*Dalam cerita-cerita kepahlawanan *mujahidin *Palestina yang *syahid* melawankaum Zionis, kita temukan kaum ibu yang mencetak para pahlawan dari rumahnyasendiri. Hatinya yang sensitif memang mampu merasakan takut, namunsensitifitas itu pula yang menyebabkan mereka begitu kuat berpihak padakebenaran.


Perasaan itulah yang memberi mereka kekuatan melepasanak-anaknya untuk pergi bertempur dan siap untuk menerima mereka kembalidalam keadaan sudah menjadi *syuhada*. Meskipun kelak menangis-nangis jugamelihat anaknya *syahid*, namun di sana juga ada rasa bangga yang membuncahtinggi yang dengan segera akan mengobati sakit karena kehilangan.Perempuanlah yang paling mampu bersabar dengan janji Allah SWT pada orangtua yang mengirimkan anak-anaknya ke surga dengan predikat *syuhada*.***Pilih Lelaki atau Perempuan?*Ketika isu homoseksualitas merebak, mulai dari 'fatwa' Siti Musdah Muliayang menghalalkan komoseksualitas hingga pada kasus Ryan dari Jombang,status jenis kelamin kembali diperdebatkan. Baik-buruknya homoseksualitaskembali mendapat sorotan, dan ini adalah sebuah kesempatan yang sangat baikbagi dakwah, jika kita mampu memanfaatkannya.Salah satu hal yang menarik dari kasus Ryan adalah terungkapnya kenyataanbahwa kaum homoseksual - terutama *gay* - memang memiliki kecenderunganlebih besar untuk melakukan kekerasan, terutama jika merasa dikhianati.


Hal ini bukan merupakan hasil kesimpulan para ulama dan psikolog belaka,melainkan juga pengakuan dari kaum homoseksual sendiri. Logikanya, karenajumlah kaum homoseksual memang sangat minoritas, maka jika pasangannyameninggalkannya, muncullah perasaan putus asa karena khawatir takkan lagimendapatkan pasangan. Penjelasan ini cukup logis dan dapat diterima. Namunteori ini belum bisa menjelaskan baik-buruknya homoseksualitas danketidakseimbangan yang dihasilkannya pada diri manusia secara personalmaupun peradaban manusia pada umumnya.Hemat saya, jenis kelamin adalah satu paket dengan atribut-atribut mentalyang mengiringinya. Jika memiliki kelamin lelaki, maka ia harus pulamemiliki atribut-atribut kelelakian, demikian pula sebaliknya. Keseimbanganakan terganggu jika atribut-atribut ini dimiliki secara setengah-setengah.Perhatikan, ketika saya mengatakan "harus memiliki", itu artinya mereka yangbelum memilikinya harus berjuang agar bisa mendidik dirinya sendiri untukmemiliki atribut-atribut tersebut.Yang terjadi pada kaum *gay* seperti Ryan adalah perilaku impulsif yang bisameledak tanpa peringatan sebelumnya karena sesuatu hal yang memancingkemarahannya. Karena salah bicara saja, ada orang sesama *gay* yanglangsung dihabisinya di tempat. Ini adalah bukti ketidaksempurnaan atributyang dimilikinya. Seorang lelaki memang tidak sesensitif perempuan, namunjika kemarahan sudah di ubun-ubun, maka penyelesaian secara fisik adalahopsi yang akan diambilnya. Payahnya, Ryan memiliki perasaan sensitifseorang perempuan sehingga membuatnya mudah terluka, dan di sisi lain jugamemiliki atribut lelaki yang mengambil opsi kekerasan fisik.


Hasilnya adalah sebagaimana yang dapat ditemukan di halaman rumahnya sendiri.Penjelasan ini, menurut saya, menunjukkan bahwa pada akhirnya kita memangharus memilih : akan menjadi lelaki atau perempuan? Kaum pembelahomoseksual selalu mengatakan bahwa para waria itu memang lahir dengan fisiklelaki namun dengan perasaan seorang perempuan, namun penjelasan ini agaknyaterlalu menyederhanakan masalah. Pada kenyataannya, para waria itu -meskipun memiliki beberapa atribut perempuan - namun sisi kelaki-lakiannyatetaplah dominan. Demi kebaikan mereka sendiri, mereka harus berjuang untukmenjadi lelaki sejati, bukannya malah berpura-pura menjadi perempuan danterus menyakiti diri sendiri. Segala puji bagi Allah yang telah menciptakanagama yang sesuai dengan fitrah manusia.Kita pun harus menghentikan sikap terlalu mendramatisir masalah ini,sehingga tak perlu muncul klaim bahwa Allah SWT-lah yang telah menciptakanmereka dengan orientasi seksual yang demikian.


Klaim ini sepintaskedengaran seperti ideologi Mu'tazilah yang mengatakan bahwa karena AllahSWT tak mungkin menciptakan keburukan, maka segala yang buruk adalah ciptaanmanusia belaka. Pandangan ini sekilas kedengaran baik, namun jugamengimplikasikan bahwa di dunia ini ada hal-hal yang berada di luar kuasaAllah SWT. Padahal, Al-Qur'an pun menjelaskan bahwa Iblis pun meminta ijinAllah sebelum menggoda manusia.Di sisi lain, klaim ini seolah menutup mata terhadap hal-hal buruk lain yangdijadikan Allah SWT sebagai ujian terhadap manusia. Ada orang yang,misalnya, punya kecenderungan menyakiti orang lain dengan lisannya. AbuDzar al-Ghifari ra. adalah seorang sahabat Rasulullah saw. yangdiwanti-wanti untuk menjaga lisannya, karena ia lebih tajam daripadapedang. Ada pula yang punya kecenderungan berbohong, malas, bahkan sukamencuri (*kleptomaniac*).


Apakah mereka ini tidak wajib berjuang mendidikdirinya sendiri untuk melepaskan diri dari sifat-sifat buruk tadi? Tentuwajib! Oleh karena itu, kaum homoseksual pun memiliki kewajiban untukkembali ke jalan yang lurus. Bukankah agama adalah tuntunan bagi manusiayang ingin mendapatkan *ridha* Allah SWT?*Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, maka Allah akanmenerima taubatnya. **(H.R. Muslim)** **Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla menerima taubat hamba-Nya sebelum nyawasampai di tenggorokannya.** (H.R. Muslim)*wassalaamu'alaikum wr. wb.